PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE
(KECERDASAN MAJEMUK)
Makalah ini disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Pembelajaran PAI Untuk MI
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hamruni, M.Si
Oleh:
Choirun Nisaa (NIM. 1220420018)
Wijayanti Wulan Septi (NIM.
1220420021)
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003). Setiap peserta didik itu unik,
masing-masing memiliki bakat, potensi dan kecerdasan yang bervariasi. Menjadi
tugas guru untuk mengembangkan setiap potensi dan kecerdasan tersebut sehingga
nantinya diperoleh output berkualitas dan mampu bersaing dengan dunia luar.
Sering kita jumpai lulusan perguruan tinggi yang lulus dengan nilai A bahkan
predikat coumlude ternyata menjalani kehidupan “biasa-biasa” saja. Sementara
yang nilainya bisa dikatakan cukup, justru lebih sejahtera dan bahagia.
Kenyataannya terdapat beberapa contoh orang yang dulunya berprestasi, menjadi
bawahan dari rekannya yang dulunya tidak pernah mendapat nilai bagus. Mereka
yang secara akademis tidak begitu hebat ini akhirnya menjadi pelaku bisnis dan
pemilik bisnis setelah selesai sekolah. Bill Gates, merupakan satu contoh dari
beberapa orang yang sukses bisnis tetapi tidak sukses akademis. Dengan demikian
jelas bahwa keberhasilan akademis saja bukanlah suatu indikator yang baik dari
keberhasilan seseorang dalam hidup. Pertanyaannya adalah apakah yang
mengantarkan mereka pada keberhasilan dalam hidup? Bagaimana kita menjamin
bahwa anak didik betul-betul dipersiapkan untuk menghadapi masa depan?
Jawabannya adalah kecerdasan majemuk yang tinggi. Kita harus memastikan bahwa
anak didik mengembangkan tingkat kecerdasan yang tinggi dalam berbagai bidang.
Di dunia ini tidak ada
individu yang identik dalam segala hal. Bahkan orang kembar sekalipun. Oleh
karena itu adalah hal yang jamak bila siswa dalam satu kelas beragam dalam
berbagai hal, termasuk dalam hal kecerdasan mereka. Idealnya seorang guru harus
memperhatikan keragaman jenis dan tingkat kecerdasan siswa dalam kelasnya agar
ia mampu membantu setiap siswa mencapai prestasi optimal mereka dengan
memanfaatkan kecerdasan yang mereka miliki. Walaupun terdapat faktor penentu
keberhasilan, namun selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa kecerdasan
intelektual sebagai salah satu faktor yang penting. Namun kemudian berkembang
temuan bahwa tidak hanya IQ yang menentukan keberhasilan melainkan juga EQ dan
SQ. Bahkan menurut Howard Gardner setiap manusia memiliki profil kecerdasan
masing-masing yang terdiri dari kombinasi 10 (sepuluh) jenis kecerdasan yang
berbeda.
B. Rumusan Masalah
Adapun pokok permasalahan terkait dengan tema yang menarik untuk dibahas
diantaranya sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan
konsep multiple intellegence?
2. Apa saja jenis kecerdasan
dalam teori multiple intellegence?
3. Bagaimana pembelajaran
PAI melalui multiple intellegence?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Kecerdasan
Majemuk
Howard Gardner mendeskripsikan kecerdasan sebagai kecakapan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk
mengembangkan masalah untuk dipecahkan
dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di
dalam kehidupannya. Multiple intellegence adalah kata dari bahasa
Inggris, multiple memiliki arti terdiri dari banyak bagian,[1]
sedangkan intellegence berarti kecerdasan jamak atau lebih dari satu
kecerdasan. Dalam bahasa Indonesia, multiple Intellegence diterjemahkan
sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang bermakna
sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, tangkas, cepat
tanggap dalam menghadapi masalah, cepat mengerti jika mendengar keterangan),
tajam pikiran, dan bisa juga bermakna sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat,
kuat) sedangkan kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti
kepandaian, ketajaman pikiran).[2]
Kata majemuk memiliki arti terjadi dari beberapa bagian yang merupakan
kesatuan,[3]
atau bisa juga bermakna berbagai ragam, berbagai rupa, atau bermacam-macam.
Konsep multiple intellegence berawal dari karya Howard Gardner dalam
buku Frames of Mind tahun 1983 didasarkan atas hasil penelitian selama
beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif
Capacities). Gardner menolak asumsi
bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai
kecerdasan tunggal. Meski sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang
berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu
kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi.
Teori Howard Gardner menghilangkan anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya
terbatas pada kemampuan linguistik dan matematis logis saja. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya
menggunakan satu macam kecerdasan, semua kecerdasan ini bekerja sama sebagai
satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Kecerdasan yang paling menonjol akan
mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Dengan
mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa diharapkan dapat
digunakan mereka untuk menggenali dan memahami realitas kehidupan yang
sesungguhnya.
B. Jenis-Jenis Kecerdasan
Majemuk
Gardner membuat kriteria dasar yang pasti untuk setiap kecerdasan agar
dapat membedakan talenta atau bakat secara mudah sehingga dapat mengukur
cakupan yang lebih luas potensi manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Menurut
Gardner, manusia memiliki semua kecerdasan walau dengan derajat yang beragam.
Masing-masing orang mungkin memiliki satu kecerdasan dominan dan kecerdasan
sekunder yang digunakan untuk menyerap, mengingat dan penerapan pembelajaran. Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl menyatakan
bahwa salah satu cara yang efektif dalam belajar adalah menggunakan sebanyak
mungkin kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah anak didik akan mengalami
dan mneghayati apa yang tengah dipelajari secara utuh.[4] Gardner
mulanya memaparkan 7 (tujuh) aspek intelegensi yang menunjukkan kompetensi
intelektual yang berbeda, kemudian menambahkannya menjadi 8 (delapan), kemudian
ditambahkan satu lagi menjadi 9 (sembilan) dan kini terdapat 10 aspek
kecerdasan, yang terdiri dari kecerdasan linguistik (word smart), kecerdasan
logika matematika (number/reasoning smart), kecerdasan fisik/kinestetik
(body smart), kecerdasan spasial (picture smart), kecerdasan musikal
(musikal smart), kecerdasan intrapersonal (self smart), kecerdasan
interpersonal (people smart), kecerdasan naturalis (natural smart), kecerdasan
spiritual dan kecerdasan eksistensial.[5]
1.
Kecerdasan Linguistik
Menurut Amstrong (2002:2), Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam
mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan
maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi,
menyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang
diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan yaitu: menyimak,
membaca, menulis dan berbicara/berkomunikasi.[6] Terdapat
tiga komponen dalam berkomunikasi menurut Albert Mehrabian.[7]
Tiga komponen itu adalah kata yang digunakan, suara atau intonasi nada yang
digunakan saat mengucapkan kata-kata tersebut dan bagaimana menggunakan
ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk menegaskan apa yang kita sampaikan. Anak
yang memiliki kecerdasan ini biasanya bicara lebih cepat dan sering. Mereka
senang mengumpulkan kata-kata baru dan suka memamerkan perbendaharaan kata pada
orang lain. Anak-anak yang masuk dalam kelompok ini juga suka memutar kaset berulang-ulang
sampai mereka hafal di luar kepala. Dengan kata lain, seorang dengan kecerdasan
ini suka membaca, menulis, bercerita, sangat baik dalam mengingat nama, tempat,
tanggal dan pengetahuan serta belajar lebih baik dengan menyebutkan, mendengarkan
dan melihat kata-kata.
Pengaturan kecerdasan linguistik berada di otak kiri. Daerah Broca
bertanggungjawab untuk menghasilkan kalimat yang benar secara tata bahasa.
Seseorang yang mengalami kerusakan otak di daerah ini dapat memahami kata-kata
dan kalimat cukup baik, tetapi mengalami kesulitan menyusun kata-kata menjadi
kalimat kecuali dalam bentuk yang paling sederhana. Pengamatan ini membantu
menjelaskan mengapa seseorang bisa mengalami stroke di bagian linguistik otak
dan mengalami kerusakan dalam kemampuan berbicara atau menulis, namun tetap
bisa bernyanyi atau melukis (karena area musik atau spasial mungkin tidak terpengaruh
oleh stroke).[8]
2.
Kecerdasan Logika Matematika (Number/Reasoning Smart)
Kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk menangani bilangan, perhitungan,
pola, pemikiran logis dan ilmiah.[9]
Hubungan antara matematika dan logika adalah keduanya secara ketat mengikuti
hukum dasar. Ada konsistensi dalam pemikiran logis. Filsuf Yunani Aristotle
mungkin adalah pertama kali mengidentifikasi dan memformalkan hukum logika.
Hukum ini menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti, dan syarat
dinyatakan dan kesimpulan dibuat. Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah. Dalam
pemikiran ilmiah, hipotesis kemudian timbul.
Menurut Garner, cara untuk memastikan bakat ini adalah dengan memberi anak
kesempatan untuk menguji hipotesis sederhana.[10]
Gardner menunjukkan kepada anak-anak bahwa jika dua cairan berwarna berbeda
dicampurkan, akan menghasilkan warna ketiga. Dia kemudian mengamati apakah
anak-anak itu sendiri menggali lebih jauh, misalnya mereka mencoba membuat
kombinasi warna yang lain dan mencari tahu bagaimana itu terjadi. Itu merupakan
petunjuk bahwa mereka berkecenderungan terhadap pemikiran logis.
Pembelajar logis matematis suka melakukan eksperimen, mencari tahu, suka
bekerja dengan angka, bertanya, mengeksplorasi pola dan hubungan. Kemampuan
dalam bidang matematika, logika, memecahkan masalah, pemikiran dan
pertimbangan. Belajar dengan mengategorikan, mengelompokkan, bekerja dengan
hubungan atau pola abstrak.
3.
Kecerdasan Fisik/Kinestetik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan
terampil dan memegang objek dengan cakap. Anak-anak dengan kecerdasan
kinestetik bisa berkomunikasi dengan efektif melalui gerakan dan bentuk-bentuk
bahasa tubuh yang lain. Mereka sering tidak bisa diam saat duduk makan, dan
biasanya merekalah yang nomor satu minta izin keluar rumah untuk bermain, atau
kalau di sekolah mereka yang paling sering minta izin ke kamar kecil. Dengan
kata lain, kecerdasan ini memproses pengetahuan melalui sensasi tubuh. Mereka
bisa merasakan jawaban yang benar.
4.
Kecerdasan Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan spasial adalah kemampuan berpikir menggunakan visual atau gambar
dan membayangkannya dalam pikiran dalam bentuk dua atau tiga dimensi.[11]
Kecerdasan ini terkait dengan area di bagian belakang kepala (lobus oksipital).
Kecerdasan ini dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin, seniman, fotografer,
pilot, navigator, pemahamat dan penemu. Kemampuan dalam menaksir relasi visual
spasial baik yang ada di hadapan kita, seperti layaknya pembuat patung, seorang
pilot yang menerbangkan pesawat, kemampuan dalam bongkar pasang alat-alat
mesin, kemampuan dalam menemukan jalan, dan sebagainya. Mereka memetakan
lokasinya berupa “gambar” perjalanan dalam hati (gardner 1983).[12]
5.
Kecerdasan Musikal (Musikal Smart)
Kecerdasan musik merupakan kepekaan terhadap pola, melodi, irama dan nada. Anak-anak
dengan kecerdasan musikal belajar melalui irama dan melodi. Mereka bisa
mempelajari apapun dengan lebih mudah jika hal itu dinyanyikan, diberi ketukan,
atau disiulkan. Kecerdasan ini berhubungan dengan sisi otak kanan.
6.
Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)/Intrapribadi
Kecerdasan intrapribadi adalah kecerdasan mengenai diri sendiri.[13] Seseorang
dengan tingkat kecerdasan intrapribadi yang tinggi mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya, kehendak, dan ketakutannya dan bisa bertindak berdasarkan
pengetahuan itu dalam cara yang sesuai. Dengan kata lain, kecerdasan
intrapribadi secara luas diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki individu
untuk mampu memahami dirinya. Dalam arti sempit ialah kemampuan mengenal dan
mengidentifikasi emosi, juga keinginan individu tersebut.[14] Kecerdasan
ini menyangkut pengetahuan dan pemenuhan diri atau pikiran dan perasaan. Pemahaman
dirinya sendiri tentang mental diri yang baik dan jujur serta mampu belajar
dari dasar pengetahuan tersebut. Semakin mampu kita membawa pikiran dan
perasaan ke level sadar (kita menyadarinya), maka akan semakin mampu kita
menghubungkan dunia di luar diri kita dengan dunia di dalam diri kita. Terdapat
kualitas diri seperti: motivasi, keteguhan hati, keuletan, etika, integritas,
nilai hidup, empati, dan altruisme atau kenyakinan bahwa berbuat baik untuk
orang lain merupakan tindakan atau hal yang benar. Menurut para ahli,
kecerdasan ini sudah terbentuk dan berkembang sebagai gabungan dari unsur
keturunan, lingkungan dan pengalaman hidup. Hubungan emosioanal antara bayi dan
ibunya akan memberikan rasa aman secara emosional.[15]
Kecerdasan ini lebih berhubungan dengan bagian lobus frontal otak.
Orang tua, keluarga, lingkungan dan guru di sekolah mempunyai peran yang
sangat penting dalam membangun kecerdasan personal anak. Dengan memberikan
lingkungan yang positif dan bersifat membangun, maka anak akan memperoleh suatu
pondasi untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang utuh, baik secara
intelektual, emosioanal dan fisik.
7.
Kecerdasan Interpersonal (People Smart)/Antarpribadi/Kecerdasan
Sosial
Kecerdasan ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan memahami orang
lain, mengerti kondisi pikiran atau suasana hati yang berbeda, sikap atau
temperamen, motivasi, dan kepribadian. Kecerdasan inilah yang memungkinkan
untuk membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan, dan membangun hubungan dengan
masyarakat. Kecerdasan ini lebih berhubungan dengan bagian lobus frontal otak. Kerusakan
di sebelah bawah dari bagian otak depan, menyebabkan orang mudah tersinggung
atau eoforia, sementara kerusakan di bagian atas, menyebabkan sikap acuh,
kelesuan, kelambatan, dan depresi.
Kecerdasan ini bukan dari bawaan ketika dilahirkan, tetapi perlu
dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran. Karena itu waktu terbaik untuk
mulai membangun kecerdasan interpersonal adalah ketika masih muda.
8.
Kecerdasan Naturalis (Natural Smart)
Kecerdasan ini merupakan kemampuan mengenali dan mengklasifikasi aneka
spesies, flora, fauna dalam lingkungan. Howard gardner menambahkan kecerdasan
ini ke dalam daftar Multiple Intelligence pada tahun 1995. Semula Gardner memasukkan
kecerdasan naturalis sebagai bagian dari kecerdasan logika matematika dan
kecerdasan visual spasial. Namun, setelah mengamati lebih mendalam dan
menggunakan kriteria yang telah dia tetapkan akhirnya Gardner memisahkan
kecerdasan ini sebagai satu kecerdasan yang berdiri sendiri.[16]
Anak-anak yang sangat kompeten dalam kecerdasan naturalis merupakan pecinta
alam. Mereka lebih suka berada di alam
terbuka, di padang rumput atau di hutan, hiking atau mengumpulkan bebatuan atau
bunga, daripada terkurung di sekolah atau di rumah mengerjakan tugas menulis
mereka. Di sisi lain, jika tugas sekolah itu melibatkan kadal, kupu-kupu, ayam,
atau sistem kehidupan yang lain, maka motivasi mereka kemungkinan akan
melambung tinggi.
9.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang
menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta
terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai
bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup
lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang
hakiki. “Kecerdasan
Spiritual berkaitan dengan kehidupan batin pikiran dan roh dan hubungannya
dengan berada di dunia kecerdasan Spiritual.
10. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan yang berkaitan dengan topik-topik kehidupan pokok, misalnya:
kehidupan, kematian, keadilan, kebenaran). Kecerdasan ini merupakan kecerdasan
para teolog, rahib, imam, rabi, ilmuwan, atau seniman yang mengerjakan
tema-tema kehidupan utama yang berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan besar
menyangkut kehidupan.
C. Pembelajaran PAI Berbasis
Kecerdasan Majemuk
Pendidikan
Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan. Tujuan Pendidikan Agama Islam
adalah terbentunya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran
pokok Agama Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam, sehingga
memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.[17]
Mengingat
pentingnya tujuan dan manfaat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maka dalam
proses pembelajaran juga harus dirancang sedemikian rupa sehingga menarik
perhatian siswa serta meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam
mempelajari mata pelajaran ini. Oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan
metode yang efektif sangat diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan
tersebut, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang
berbasis Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk).
Dalam
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam cara belajar (learning style)
dan kecerdasan majemuk tersebut dapat dikembangkan . Misalnya dalam materi Larangan
kikir, peserta diminta untuk mencari dan menuliskan ayat dan hadist tentang
larangan berbuat kerusakan di bumi (somatik dan kecerdasan kinestetik-jasmani),
menerjemahkan ayat dan hadist (kecerdasan linguistik), menyimpulkan isi
kandungan ayat atau hadist (intelektual dan logis-matematis), memberikan
contoh-contoh perbuatan merusak alam (visual dan kecerdasan spasial),
mendiskusikan kandungan ayat dan hadist (kecerdasan interpesonal), menuliskan
pengalaman atau perasaan pribadi ketika melihat kerusakan lingkungan akibat
perbuatan manusia (kecerdsan intrapersonal). Dalam praktiknya, tidak semua
materi pelajaran harus sekaligus memenuhi tuntutan mengembangkan semua jenis
kecerdasan tersebut, tetapi bisa secara bertahap.[18]
Metode
pembelajaran dengan prinsip kecerdasan majemuk dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat diimplementasikan dalam bentuk metode-metode
pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada
masing-masing siswa. Menurut teori Multiple
Intelegence (kecerdasan majemuk) pemanfaatan kecerdasan yang tepat
dalam proses pembelajaran akan sangat meningkatkan kekuatan belajar. Dengan
kekuatan belajar tersebut maka hasil yang didapatkan akan lebih tampak. Dengan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa maka
mereka akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga aktifitas belajar
berjalan, siswa ikut terlibat aktif dalam proses di dalamnya dan hasil akhir
yangg diperoleh akan tercapai dengan adanya peningkatan.
Terdapat berbagai metode maupun strategi pembelajaran yang dapat dipilih
sehingga sesuai dengan kebutuhan dan yang lebih penting adalah rasa senang dan
nyaman dalam belajar dan dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya yang berbeda-beda tersebut. Seperti
ungkapan di atas banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam rangka
mengembangkan Multiple Intelegence siswa dan merancang pembelajaran agar
aktif dan menyenangkan. Menurut Aryani Syurfah di antaranya adalah sebagai
berikut[19]:
1.
Mind Mapping (Peta
Pikiran)
Mind mapping adalah tekhnik
pembuatan grafik yang menyediakan kunci umum untuk mengoptimalkan potensi otak
dengan memanfaatkan kata-kata, image, nomor, logika, irama, warna dan dimensi
yang disajikan dalam pola yang unik. Sistem ini merupakan metode mencatat
kreatif yang memudahkan untuk mengingat banyak informasi hdan memperesentasikan
secara akurat dan menyenangkan. Mind mapping menirukan
proses berfikir model/jaringan karena melibatkan kedua belah otak (kiri dan
kanan) sehingga dapat mengingat informasi dengan lebih mudah. Mind mapping memungkinkan
untuk meramu gagasan-gagasan yang disampaikan dengan cara yang berbeda,
kemudian menemukan hubungan-hubungan baru dari gagasan tersebut.
2.
Brainstorming
Brainstorming merupakan kegiatan untuk menemukan inti
materi dan pendalamannya dengan melibatkan anak secara aktif. Metode ini
berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan logis, kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan verbal.
3.
Diskusi dan Sharing
Kegiatan ini
dilakukan dengan cara mengadakan suatu pembicaraan yang bertujuan untuk menemukan
benang merah dari suatu materi yang dibahas.
4.
Tanya jawab
Pendidikan memberikan
pertanyaan, sedangkan anak menjawab pertanyaan yang diberikan secara aktif.
Fungsi metode ini yaitu untuk mengembangkan kecerdasan logis, kecerdasan
kinestetis, intrapersonal dan verbal.
5.
Presentasi
Anak
mempresentasikan tugas yang diberikan oleh pendidik untuk mengembangkan
kecerdasan verbal, logis, spasial, intrapersonal dan interpersonal yang
dimiliki anak.
6.
Tadzabur Alam
Anak mengamati
alam sekitar untuk menganalisis sesuatu yang dikaitkan dengan materi yang
diberikan. Fungsi metode ini untuk mengembangkan kecerdasan logis, naturalis
dan verbal.
7.
Studi Kasus
Anak
mendiskusikan pemecahan masalah dari kasus yang diberikan. Fungsi metode ini
untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal, logis dan verbal.
8.
Role Play
Anak memainkan
suatu peran sesuai dengan tema yang bertujuan agar anak mampu memperdalam
materi dengan mudah. Dengan metode ini anak akan memiliki daya ingat yang lebih
lama. Fungsi metode ini untuk kecerdasan kinestetik, logis, spasial dan verbal.
9.
Curhat Pengalaman
Anak
menceritakan pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan tema yang diberikan.
Metode ini berfungsi untuk kecerdasan kinestetik, intrapersonal, logis dan
verbal.
10.
Analisis Film
Anak
menceritakan pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan tema yang diberikan.
Metode ini berfungsi untuk kecerdasan musikal, audio visual, logis dan verbal.
11.
Membuat Ilustrasi
Anak berupaya
menuangkan suatu gagasan inti surat tertentu dalam al-qur’an. Metode ini
berfungsi untuk kecerdasan Intrapersonal, logis, verbal dan spasial.
12.
Interview (wawancara)
Anak
menganalisis sebuah instrumen yang diberikan oleh pendidik, lalu mengaitkan
dengan materi. Metode ini untuk kecerdasan logis dan kinestetik.
13.
Analisis Instrumen
Anak
menganalisis sebuah instrumen yang diberikan oleh pendidik, lalu mengaitkannya
dengan materi. Metode ini untuk kecerdasan logis dan kinestetik.
14.
Baca Tartil
Anak membaca
ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah membaca al-Qur’an dengan
berulang-ulang. Metode ini untuk kecerdasan kinestetik dan verbal.
15.
Field Trip (karyawisata)
Anak
mengunjungi suatu tempat untuk memperdalam wawasan dan pemahaman tentang suatu
materi. Metode ini untuk kecerdasan logis, verbal, naturalis, musical,
interpersonal dan kinestetik.
16.
Pengamatan
Anak mengamati suatu objek, lalu
menganalisis dan mengaitkannya dengan materi. Metode ini untuk kecerdasan logis
dan kinestetik.
17.
Simulasi
Anak melakukan
sesuatu aktivitas singkat yang berkaitan dengan materi jyang akan diberikan
untuk memudahkan anak dalam memahami materi. Metode ini untuk kecedasan logis,
verbal, interpersonal dan kinestetik.
18.
Perenungan
Anak diajak
untuk memikirkan suatu materi untuk mencapai suatu pemahaman. Metode ini untuk
kecerdasan logis dan kinestetik.
19.
Muhasabah
Anak diarahkan
untuk mengevaluasi diri agar mampu memunculkan sebuah kesadaran tentang suatu
hal. Metode ini untuk kecerdasan logis, intrapersonal dan spiritual.
20.
Refleksi
Anak mampu
menguraikan kembali materi atau informasi yang telah diterima. Tahap-tahap
refleksi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada anak.
Berikut ada beberapa
strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kecerdasan majemuk yaitu:
1.
Strategi cooperatif learning,
yaitu strategi pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda, sistem penilaiam dilakukan
terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan.[20]
Strategi ini dapat menjadi strategi berbasis Multiple Intelegence manakala
pembelajaran kelompok tersebut menggunakan media dengan beragam kecerdasan.
Strategi ini dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, matematis-logis,
kinestetik dan interpersonal.
2.
Strategi pembelajaran e-learning,
yaitu strategi pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, Lan, WAN)
sebagai metode penyampain, interaksi, dan fasilitas serta didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Strategi ini dapat mengembangkan
kecerdasan matematis logis, visual-spasial, intrapersonal, interpersonal dan
musikal.
3.
Strategi musical story
merupakan strategi pembelajaran kelompok dengan beragam tantangan kecerdasan
dan tetap memperhatikan tujuan, metode, aktivitas dan evaluasi pembelajaran
yang mengacu pada kecerdasan Linguistik, matematis, spasial-visual,
kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.
4.
Strategi putar cerdas merupakan
strategi pembelajaran kelompok dengan beragam tantangan kecerdasan dan tetap
memperhatikan tujuan, metode, aktivitas dan evaluasi pembelajaran yang mengacu
pada kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial-visual, kinestetik,
interpersonal, intrapersonal dan spiritual.
5.
Strategi tangan bergerak yaitu
strategi yang mengandalkan aktivitas gerak tangan dalam proses pembelajaran dan
memperhatikan tujuan, metode, aktifitas, dan evaluasi yang dapat mengembangkan
kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial-visual, kinestetik,
interpersonal, intrapersonal dan spiritual.
6.
Strategi art exhibition merupakan
strategi yang memanfaatkan kreatifitas siswa sesuai dengan kecerdasan yang ada
pada masing-masing siswa dengan memperhatikan tujuan, metode, aktifitas, dan
evaluasi yang dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, matematis-logis,
spasial-visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual.
Strategi-strategi
tersebut merupakan sebagian kecil dari bermacam-macam strategi berbasis Multiple
Intelegence. Strategi pembelajaran berdasarkan Multiple Intelegence sangat banyak jumlahnya. Seiring dengan
kreativitas guru, database strategi Multiple
Intelegence juga terus berkembang.[21]
BAB III
PENUTUP
Setiap siswa
memiliki perbedaan dalam kemampuan dan kecerdasan terutama dalam memahami
materi pelajaran. Kecerdasan yang menonjol pada siswa harus diimbangi dengan
kecerdasan-kecerdasan lain agar siswa dapat berkembang secara optimal. Oleh
karena itu, guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus dalam
pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal. Masing-masing
siswa mempunyai kecerdasan yang menonjol pada bidang-bidang tertentu karena
perbedaan kecenderungan inilah sebaiknya dalam setiap pembelajaran, guru
menggunakan strategi pengajaran yang berbeda-beda.
Pembelajaran dengan kecerdasan majemuk sangatlah penting untuk menjadi
benang merah terhadap perbedaan individual pada anak didik. Pengajar perlu
memperhatikan modalitas kecerdasan dengan cara menggunakan berbagai strategi
dan pendekatan sehingga anak akan dapat belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
Guru harus dapat merancang berbagai aktivitas yang menggabungkan sebanyak
mungkin jenis kecerdasan. Dengan memasukkan kecerdasan majemuk ke dalam isi dan
rancangan pengajaran, maka guru akan membantu siswa dalam mendapatkan lebih
banyak makna dan rangsangan otak dalam proses belajarnya, sekaligus memberinya
lebih banyak variasi dan kesenangan serta mengembangkan kecerdasan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, Munif, Sekolahnya
Manusia, Bandung:Kaifa, 2009
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Umum, Jakarta: Depag RI, 2004
Garner, Howard Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk teori
dalam Praktik), Tangerang: Interaksara, 2013
Gunawan, W.
Adi, Born to Be a Genius, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003
Olivia, Femi. Career
Skills for Kids (Kembangkan Kecerdasan Anak dengan Taktik Biosmart), Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2009
Salim, Peter. Salim’s
Ninth Collegiate English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Modern English
Press, 2000
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencana, 2007
Satiadarma, P.
Monty & Fidelis E. Waruwu, Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam
Mendidik Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003
Sujana, Christine.
Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Jakarta: PT. Indeks
Sujiono,
Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak, Jakarta: PT. Indeks, 2010
Syurfiah, Ariani. Multiple Intelligences for Islamic Teaching (Panduan
Melejitkan Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam), Bandung: Syamil
Publsiching,2007
[1] Peter Salim, Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dictionary, (Jakarta:
Modern English Press, 2000), hal. 757.
[5] Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Pedoman Bagi Orang Tua dan
Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003),
hal. 6
[6] Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), hal. 57)
[8] Femi Olivia, Career Skills for Kids (Kembangkan Kecerdasan Anak dengan
Taktik Biosmart), (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), hal. 39.
[9] Christine Sujana, S.Pd., Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan,
Jakarta: PT. Indeks, hal. 43.
[12] Howard Garner, Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk teori
dalam Praktik), Tangerang: Interaksara, 2013), hal. 45.
[17] Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Umum, (Jakarta:Depag RI, 2004),Hlm.2-3
[18] Departemen Agama RI, Pedoman ......,
(Jakarta:Depag RI, 2004),Hlm.54
[19] Ariani Syurfiah, Multiple Intelligences for
Islamic Teaching (Panduan Melejitkan Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran
Islam), (Bandun: Syamil Publsiching,2007),Hlm.IX-XII
[20] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Hlm.242
[21] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia,
(Bandung:Kaifa, 2009), hlm.119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar