Senin, 11 November 2013

Kecerdasan majemuk



PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE
(KECERDASAN MAJEMUK)
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Pembelajaran PAI Untuk MI
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hamruni, M.Si

Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: D:\logo-uin-suka-baru-hitam-putih.jpg






Oleh:
Choirun Nisaa                    (NIM. 1220420018)
Wijayanti Wulan Septi      (NIM. 1220420021)


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003). Setiap peserta didik itu unik, masing-masing memiliki bakat, potensi dan kecerdasan yang bervariasi. Menjadi tugas guru untuk mengembangkan setiap potensi dan kecerdasan tersebut sehingga nantinya diperoleh output berkualitas dan mampu bersaing dengan dunia luar. Sering kita jumpai lulusan perguruan tinggi yang lulus dengan nilai A bahkan predikat coumlude ternyata menjalani kehidupan “biasa-biasa” saja. Sementara yang nilainya bisa dikatakan cukup, justru lebih sejahtera dan bahagia. Kenyataannya terdapat beberapa contoh orang yang dulunya berprestasi, menjadi bawahan dari rekannya yang dulunya tidak pernah mendapat nilai bagus. Mereka yang secara akademis tidak begitu hebat ini akhirnya menjadi pelaku bisnis dan pemilik bisnis setelah selesai sekolah. Bill Gates, merupakan satu contoh dari beberapa orang yang sukses bisnis tetapi tidak sukses akademis. Dengan demikian jelas bahwa keberhasilan akademis saja bukanlah suatu indikator yang baik dari keberhasilan seseorang dalam hidup. Pertanyaannya adalah apakah yang mengantarkan mereka pada keberhasilan dalam hidup? Bagaimana kita menjamin bahwa anak didik betul-betul dipersiapkan untuk menghadapi masa depan? Jawabannya adalah kecerdasan majemuk yang tinggi. Kita harus memastikan bahwa anak didik mengembangkan tingkat kecerdasan yang tinggi dalam berbagai bidang.
            Di dunia ini tidak ada individu yang identik dalam segala hal. Bahkan orang kembar sekalipun. Oleh karena itu adalah hal yang jamak bila siswa dalam satu kelas beragam dalam berbagai hal, termasuk dalam hal kecerdasan mereka. Idealnya seorang guru harus memperhatikan keragaman jenis dan tingkat kecerdasan siswa dalam kelasnya agar ia mampu membantu setiap siswa mencapai prestasi optimal mereka dengan memanfaatkan kecerdasan yang mereka miliki. Walaupun terdapat faktor penentu keberhasilan, namun selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa kecerdasan intelektual sebagai salah satu faktor yang penting. Namun kemudian berkembang temuan bahwa tidak hanya IQ yang menentukan keberhasilan melainkan juga EQ dan SQ. Bahkan menurut Howard Gardner setiap manusia memiliki profil kecerdasan masing-masing yang terdiri dari kombinasi 10 (sepuluh) jenis kecerdasan yang berbeda.

B.     Rumusan Masalah
Adapun pokok permasalahan terkait dengan tema yang menarik untuk dibahas diantaranya sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan konsep multiple intellegence?
2.      Apa saja jenis kecerdasan dalam teori multiple intellegence?
3.      Bagaimana pembelajaran PAI melalui multiple intellegence?











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian dan Konsep Kecerdasan Majemuk
Howard Gardner mendeskripsikan kecerdasan sebagai kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah  untuk dipecahkan dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya. Multiple intellegence adalah kata dari bahasa Inggris, multiple memiliki arti terdiri dari banyak bagian,[1] sedangkan intellegence berarti kecerdasan jamak atau lebih dari satu kecerdasan. Dalam bahasa Indonesia, multiple Intellegence diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang bermakna sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, tangkas, cepat tanggap dalam menghadapi masalah, cepat mengerti jika mendengar keterangan), tajam pikiran, dan bisa juga bermakna sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat) sedangkan kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).[2] Kata majemuk memiliki arti terjadi dari beberapa bagian yang merupakan kesatuan,[3] atau bisa juga bermakna berbagai ragam, berbagai rupa, atau bermacam-macam.
Konsep multiple intellegence berawal dari karya Howard Gardner dalam buku Frames of Mind tahun 1983 didasarkan atas hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif Capacities). Gardner  menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meski sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi.
Teori Howard Gardner menghilangkan anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya terbatas pada kemampuan linguistik dan matematis logis saja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, semua kecerdasan ini bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Dengan mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa diharapkan dapat digunakan mereka untuk menggenali dan memahami realitas kehidupan yang sesungguhnya.

B.  Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk
Gardner membuat kriteria dasar yang pasti untuk setiap kecerdasan agar dapat membedakan talenta atau bakat secara mudah sehingga dapat mengukur cakupan yang lebih luas potensi manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Menurut Gardner, manusia memiliki semua kecerdasan walau dengan derajat yang beragam. Masing-masing orang mungkin memiliki satu kecerdasan dominan dan kecerdasan sekunder yang digunakan untuk menyerap, mengingat dan penerapan pembelajaran.    Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl menyatakan bahwa salah satu cara yang efektif dalam belajar adalah menggunakan sebanyak mungkin kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah anak didik akan mengalami dan mneghayati apa yang tengah dipelajari secara utuh.[4] Gardner mulanya memaparkan 7 (tujuh) aspek intelegensi yang menunjukkan kompetensi intelektual yang berbeda, kemudian menambahkannya menjadi 8 (delapan), kemudian ditambahkan satu lagi menjadi 9 (sembilan) dan kini terdapat 10 aspek kecerdasan, yang terdiri dari kecerdasan linguistik (word smart), kecerdasan logika matematika (number/reasoning smart), kecerdasan fisik/kinestetik (body smart), kecerdasan spasial (picture smart), kecerdasan musikal (musikal smart), kecerdasan intrapersonal (self smart), kecerdasan interpersonal (people smart), kecerdasan naturalis (natural smart), kecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial.[5]
1.        Kecerdasan Linguistik
Menurut Amstrong (2002:2), Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, menyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan yaitu: menyimak, membaca, menulis dan berbicara/berkomunikasi.[6] Terdapat tiga komponen dalam berkomunikasi menurut Albert Mehrabian.[7] Tiga komponen itu adalah kata yang digunakan, suara atau intonasi nada yang digunakan saat mengucapkan kata-kata tersebut dan bagaimana menggunakan ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk menegaskan apa yang kita sampaikan. Anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya bicara lebih cepat dan sering. Mereka senang mengumpulkan kata-kata baru dan suka memamerkan perbendaharaan kata pada orang lain. Anak-anak yang masuk dalam kelompok ini juga suka memutar kaset berulang-ulang sampai mereka hafal di luar kepala. Dengan kata lain, seorang dengan kecerdasan ini suka membaca, menulis, bercerita, sangat baik dalam mengingat nama, tempat, tanggal dan pengetahuan serta belajar lebih baik dengan menyebutkan, mendengarkan dan melihat kata-kata.
Pengaturan kecerdasan linguistik berada di otak kiri. Daerah Broca bertanggungjawab untuk menghasilkan kalimat yang benar secara tata bahasa. Seseorang yang mengalami kerusakan otak di daerah ini dapat memahami kata-kata dan kalimat cukup baik, tetapi mengalami kesulitan menyusun kata-kata menjadi kalimat kecuali dalam bentuk yang paling sederhana. Pengamatan ini membantu menjelaskan mengapa seseorang bisa mengalami stroke di bagian linguistik otak dan mengalami kerusakan dalam kemampuan berbicara atau menulis, namun tetap bisa bernyanyi atau melukis (karena area musik atau spasial mungkin tidak terpengaruh oleh stroke).[8]
2.        Kecerdasan Logika Matematika (Number/Reasoning Smart)
Kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk menangani bilangan, perhitungan, pola, pemikiran logis dan ilmiah.[9] Hubungan antara matematika dan logika adalah keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Ada konsistensi dalam pemikiran logis. Filsuf Yunani Aristotle mungkin adalah pertama kali mengidentifikasi dan memformalkan hukum logika. Hukum ini menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti, dan syarat dinyatakan dan kesimpulan dibuat. Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah. Dalam pemikiran ilmiah, hipotesis kemudian timbul.
Menurut Garner, cara untuk memastikan bakat ini adalah dengan memberi anak kesempatan untuk menguji hipotesis sederhana.[10] Gardner menunjukkan kepada anak-anak bahwa jika dua cairan berwarna berbeda dicampurkan, akan menghasilkan warna ketiga. Dia kemudian mengamati apakah anak-anak itu sendiri menggali lebih jauh, misalnya mereka mencoba membuat kombinasi warna yang lain dan mencari tahu bagaimana itu terjadi. Itu merupakan petunjuk bahwa mereka berkecenderungan terhadap pemikiran logis.
Pembelajar logis matematis suka melakukan eksperimen, mencari tahu, suka bekerja dengan angka, bertanya, mengeksplorasi pola dan hubungan. Kemampuan dalam bidang matematika, logika, memecahkan masalah, pemikiran dan pertimbangan. Belajar dengan mengategorikan, mengelompokkan, bekerja dengan hubungan atau pola abstrak.

3.        Kecerdasan Fisik/Kinestetik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang objek dengan cakap. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik bisa berkomunikasi dengan efektif melalui gerakan dan bentuk-bentuk bahasa tubuh yang lain. Mereka sering tidak bisa diam saat duduk makan, dan biasanya merekalah yang nomor satu minta izin keluar rumah untuk bermain, atau kalau di sekolah mereka yang paling sering minta izin ke kamar kecil. Dengan kata lain, kecerdasan ini memproses pengetahuan melalui sensasi tubuh. Mereka bisa merasakan jawaban yang benar.
4.        Kecerdasan Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan spasial adalah kemampuan berpikir menggunakan visual atau gambar dan membayangkannya dalam pikiran dalam bentuk dua atau tiga dimensi.[11] Kecerdasan ini terkait dengan area di bagian belakang kepala (lobus oksipital). Kecerdasan ini dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin, seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahamat dan penemu. Kemampuan dalam menaksir relasi visual spasial baik yang ada di hadapan kita, seperti layaknya pembuat patung, seorang pilot yang menerbangkan pesawat, kemampuan dalam bongkar pasang alat-alat mesin, kemampuan dalam menemukan jalan, dan sebagainya. Mereka memetakan lokasinya berupa “gambar” perjalanan dalam hati (gardner 1983).[12]
5.        Kecerdasan Musikal (Musikal Smart)
Kecerdasan musik merupakan kepekaan terhadap pola, melodi, irama dan nada. Anak-anak dengan kecerdasan musikal belajar melalui irama dan melodi. Mereka bisa mempelajari apapun dengan lebih mudah jika hal itu dinyanyikan, diberi ketukan, atau disiulkan. Kecerdasan ini berhubungan dengan sisi otak kanan. 
6.        Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)/Intrapribadi
Kecerdasan intrapribadi adalah kecerdasan mengenai diri sendiri.[13] Seseorang dengan tingkat kecerdasan intrapribadi yang tinggi mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, kehendak, dan ketakutannya dan bisa bertindak berdasarkan pengetahuan itu dalam cara yang sesuai. Dengan kata lain, kecerdasan intrapribadi secara luas diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki individu untuk mampu memahami dirinya. Dalam arti sempit ialah kemampuan mengenal dan mengidentifikasi emosi, juga keinginan individu tersebut.[14] Kecerdasan ini menyangkut pengetahuan dan pemenuhan diri atau pikiran dan perasaan. Pemahaman dirinya sendiri tentang mental diri yang baik dan jujur serta mampu belajar dari dasar pengetahuan tersebut. Semakin mampu kita membawa pikiran dan perasaan ke level sadar (kita menyadarinya), maka akan semakin mampu kita menghubungkan dunia di luar diri kita dengan dunia di dalam diri kita. Terdapat kualitas diri seperti: motivasi, keteguhan hati, keuletan, etika, integritas, nilai hidup, empati, dan altruisme atau kenyakinan bahwa berbuat baik untuk orang lain merupakan tindakan atau hal yang benar. Menurut para ahli, kecerdasan ini sudah terbentuk dan berkembang sebagai gabungan dari unsur keturunan, lingkungan dan pengalaman hidup. Hubungan emosioanal antara bayi dan ibunya akan memberikan rasa aman secara emosional.[15] Kecerdasan ini lebih berhubungan dengan bagian lobus frontal otak.
Orang tua, keluarga, lingkungan dan guru di sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun kecerdasan personal anak. Dengan memberikan lingkungan yang positif dan bersifat membangun, maka anak akan memperoleh suatu pondasi untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang utuh, baik secara intelektual, emosioanal dan fisik.

7.        Kecerdasan Interpersonal (People Smart)/Antarpribadi/Kecerdasan Sosial
Kecerdasan ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan memahami orang lain, mengerti kondisi pikiran atau suasana hati yang berbeda, sikap atau temperamen, motivasi, dan kepribadian. Kecerdasan inilah yang memungkinkan untuk membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan, dan membangun hubungan dengan masyarakat. Kecerdasan ini lebih berhubungan dengan bagian lobus frontal otak. Kerusakan di sebelah bawah dari bagian otak depan, menyebabkan orang mudah tersinggung atau eoforia, sementara kerusakan di bagian atas, menyebabkan sikap acuh, kelesuan, kelambatan, dan depresi.  Kecerdasan ini bukan dari bawaan ketika dilahirkan, tetapi perlu dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran. Karena itu waktu terbaik untuk mulai membangun kecerdasan interpersonal adalah ketika masih muda.
8.        Kecerdasan Naturalis (Natural Smart)
Kecerdasan ini merupakan kemampuan mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, flora, fauna dalam lingkungan. Howard gardner menambahkan kecerdasan ini ke dalam daftar Multiple Intelligence pada tahun 1995. Semula Gardner memasukkan kecerdasan naturalis sebagai bagian dari kecerdasan logika matematika dan kecerdasan visual spasial. Namun, setelah mengamati lebih mendalam dan menggunakan kriteria yang telah dia tetapkan akhirnya Gardner memisahkan kecerdasan ini sebagai satu kecerdasan yang berdiri sendiri.[16]
Anak-anak yang sangat kompeten dalam kecerdasan naturalis merupakan pecinta alam. Mereka lebih suka  berada di alam terbuka, di padang rumput atau di hutan, hiking atau mengumpulkan bebatuan atau bunga, daripada terkurung di sekolah atau di rumah mengerjakan tugas menulis mereka. Di sisi lain, jika tugas sekolah itu melibatkan kadal, kupu-kupu, ayam, atau sistem kehidupan yang lain, maka motivasi mereka kemungkinan akan melambung tinggi.
9.        Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki. “Kecerdasan Spiritual berkaitan dengan kehidupan batin pikiran dan roh dan hubungannya dengan berada di dunia kecerdasan Spiritual.
10.    Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan yang berkaitan dengan topik-topik kehidupan pokok, misalnya: kehidupan, kematian, keadilan, kebenaran). Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para teolog, rahib, imam, rabi, ilmuwan, atau seniman yang mengerjakan tema-tema kehidupan utama yang berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan besar menyangkut kehidupan.

C.  Pembelajaran PAI Berbasis Kecerdasan Majemuk
          Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan. Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentunya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam, sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.[17]
          Mengingat pentingnya tujuan dan manfaat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maka dalam proses pembelajaran juga harus dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian siswa serta meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran ini. Oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan metode yang efektif sangat diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan tersebut, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbasis Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk).
          Dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam cara belajar (learning style) dan kecerdasan majemuk tersebut dapat dikembangkan . Misalnya dalam materi Larangan kikir, peserta diminta untuk mencari dan menuliskan ayat dan hadist tentang larangan berbuat kerusakan di bumi (somatik dan kecerdasan kinestetik-jasmani), menerjemahkan ayat dan hadist (kecerdasan linguistik), menyimpulkan isi kandungan ayat atau hadist (intelektual dan logis-matematis), memberikan contoh-contoh perbuatan merusak alam (visual dan kecerdasan spasial), mendiskusikan kandungan ayat dan hadist (kecerdasan interpesonal), menuliskan pengalaman atau perasaan pribadi ketika melihat kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia (kecerdsan intrapersonal). Dalam praktiknya, tidak semua materi pelajaran harus sekaligus memenuhi tuntutan mengembangkan semua jenis kecerdasan tersebut, tetapi bisa secara bertahap.[18]
          Metode pembelajaran dengan prinsip kecerdasan majemuk dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diimplementasikan dalam bentuk metode-metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada masing-masing siswa. Menurut teori Multiple Intelegence (kecerdasan majemuk) pemanfaatan kecerdasan yang tepat dalam proses pembelajaran akan sangat meningkatkan kekuatan belajar. Dengan kekuatan belajar tersebut maka hasil yang didapatkan akan lebih tampak. Dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa maka mereka akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga aktifitas belajar berjalan, siswa ikut terlibat aktif dalam proses di dalamnya dan hasil akhir yangg diperoleh akan tercapai dengan adanya peningkatan.
          Terdapat berbagai metode maupun strategi pembelajaran yang dapat dipilih sehingga sesuai dengan kebutuhan dan yang lebih penting adalah rasa senang dan nyaman dalam belajar dan dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya yang berbeda-beda tersebut. Seperti ungkapan di atas banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan Multiple Intelegence siswa dan merancang pembelajaran agar aktif dan menyenangkan. Menurut Aryani Syurfah di antaranya adalah sebagai berikut[19]:
1.        Mind Mapping (Peta Pikiran)
Mind mapping adalah tekhnik pembuatan grafik yang menyediakan kunci umum untuk mengoptimalkan potensi otak dengan memanfaatkan kata-kata, image, nomor, logika, irama, warna dan dimensi yang disajikan dalam pola yang unik. Sistem ini merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan untuk mengingat banyak informasi hdan memperesentasikan secara akurat dan menyenangkan. Mind mapping menirukan proses berfikir model/jaringan karena melibatkan kedua belah otak (kiri dan kanan) sehingga dapat mengingat informasi dengan lebih mudah. Mind mapping memungkinkan untuk meramu gagasan-gagasan yang disampaikan dengan cara yang berbeda, kemudian menemukan hubungan-hubungan baru dari gagasan tersebut.
2.        Brainstorming
Brainstorming  merupakan kegiatan untuk menemukan inti materi dan pendalamannya dengan melibatkan anak secara aktif. Metode ini berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan logis, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan verbal.
3.        Diskusi dan Sharing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengadakan suatu pembicaraan yang bertujuan untuk menemukan benang merah dari suatu materi yang dibahas.
4.        Tanya jawab
Pendidikan memberikan pertanyaan, sedangkan anak menjawab pertanyaan yang diberikan secara aktif. Fungsi metode ini yaitu untuk mengembangkan kecerdasan logis, kecerdasan kinestetis, intrapersonal dan verbal.
5.        Presentasi
Anak mempresentasikan tugas yang diberikan oleh pendidik untuk mengembangkan kecerdasan verbal, logis, spasial, intrapersonal dan interpersonal yang dimiliki anak.
6.        Tadzabur Alam
Anak mengamati alam sekitar untuk menganalisis sesuatu yang dikaitkan dengan materi yang diberikan. Fungsi metode ini untuk mengembangkan kecerdasan logis, naturalis dan verbal.
7.        Studi Kasus
Anak mendiskusikan pemecahan masalah dari kasus yang diberikan. Fungsi metode ini untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal, logis dan verbal.
8.        Role Play
Anak memainkan suatu peran sesuai dengan tema yang bertujuan agar anak mampu memperdalam materi dengan mudah. Dengan metode ini anak akan memiliki daya ingat yang lebih lama. Fungsi metode ini untuk kecerdasan kinestetik, logis, spasial dan verbal.
9.        Curhat Pengalaman
Anak menceritakan pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan tema yang diberikan. Metode ini berfungsi untuk kecerdasan kinestetik, intrapersonal, logis dan verbal.
10.    Analisis Film
Anak menceritakan pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan tema yang diberikan. Metode ini berfungsi untuk kecerdasan musikal, audio visual, logis dan verbal.
11.    Membuat Ilustrasi
Anak berupaya menuangkan suatu gagasan inti surat tertentu dalam al-qur’an. Metode ini berfungsi untuk kecerdasan Intrapersonal, logis, verbal dan spasial.
12.    Interview (wawancara)
Anak menganalisis sebuah instrumen yang diberikan oleh pendidik, lalu mengaitkan dengan materi. Metode ini untuk kecerdasan logis dan kinestetik.
13.    Analisis Instrumen
Anak menganalisis sebuah instrumen yang diberikan oleh pendidik, lalu mengaitkannya dengan materi. Metode ini untuk kecerdasan logis dan kinestetik.
14.    Baca Tartil
Anak membaca ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah membaca al-Qur’an dengan berulang-ulang. Metode ini untuk kecerdasan kinestetik dan verbal.
15.    Field Trip (karyawisata)
Anak mengunjungi suatu tempat untuk memperdalam wawasan dan pemahaman tentang suatu materi. Metode ini untuk kecerdasan logis, verbal, naturalis, musical, interpersonal dan kinestetik.
16.    Pengamatan
Anak mengamati suatu objek, lalu menganalisis dan mengaitkannya dengan materi. Metode ini untuk kecerdasan logis dan kinestetik.
17.    Simulasi
Anak melakukan sesuatu aktivitas singkat yang berkaitan dengan materi jyang akan diberikan untuk memudahkan anak dalam memahami materi. Metode ini untuk kecedasan logis, verbal, interpersonal dan kinestetik.
18.    Perenungan
Anak diajak untuk memikirkan suatu materi untuk mencapai suatu pemahaman. Metode ini untuk kecerdasan logis dan kinestetik.
19.    Muhasabah
Anak diarahkan untuk mengevaluasi diri agar mampu memunculkan sebuah kesadaran tentang suatu hal. Metode ini untuk kecerdasan logis, intrapersonal dan spiritual.
20.    Refleksi
Anak mampu menguraikan kembali materi atau informasi yang telah diterima. Tahap-tahap refleksi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada anak.
          Berikut ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kecerdasan majemuk yaitu:
1.        Strategi cooperatif learning, yaitu strategi pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda, sistem penilaiam dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan.[20] Strategi ini dapat menjadi strategi berbasis Multiple Intelegence manakala pembelajaran kelompok tersebut menggunakan media dengan beragam kecerdasan. Strategi ini dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, matematis-logis, kinestetik dan interpersonal.
2.        Strategi pembelajaran e-learning, yaitu strategi pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, Lan, WAN) sebagai metode penyampain, interaksi, dan fasilitas serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Strategi ini dapat mengembangkan kecerdasan matematis logis, visual-spasial, intrapersonal, interpersonal dan musikal.
3.        Strategi musical story merupakan strategi pembelajaran kelompok dengan beragam tantangan kecerdasan dan tetap memperhatikan tujuan, metode, aktivitas dan evaluasi pembelajaran yang mengacu pada kecerdasan Linguistik, matematis, spasial-visual, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.
4.        Strategi putar cerdas merupakan strategi pembelajaran kelompok dengan beragam tantangan kecerdasan dan tetap memperhatikan tujuan, metode, aktivitas dan evaluasi pembelajaran yang mengacu pada kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial-visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual.
5.        Strategi tangan bergerak yaitu strategi yang mengandalkan aktivitas gerak tangan dalam proses pembelajaran dan memperhatikan tujuan, metode, aktifitas, dan evaluasi yang dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial-visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual.
6.        Strategi art exhibition merupakan strategi yang memanfaatkan kreatifitas siswa sesuai dengan kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa dengan memperhatikan tujuan, metode, aktifitas, dan evaluasi yang dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial-visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual.
Strategi-strategi tersebut merupakan sebagian kecil dari bermacam-macam strategi berbasis Multiple Intelegence. Strategi pembelajaran berdasarkan Multiple Intelegence sangat banyak jumlahnya. Seiring dengan kreativitas guru, database strategi Multiple Intelegence juga terus berkembang.[21]
















BAB III
PENUTUP

Setiap siswa memiliki perbedaan dalam kemampuan dan kecerdasan terutama dalam memahami materi pelajaran. Kecerdasan yang menonjol pada siswa harus diimbangi dengan kecerdasan-kecerdasan lain agar siswa dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus dalam pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal. Masing-masing siswa mempunyai kecerdasan yang menonjol pada bidang-bidang tertentu karena perbedaan kecenderungan inilah sebaiknya dalam setiap pembelajaran, guru menggunakan strategi pengajaran yang berbeda-beda.
Pembelajaran dengan kecerdasan majemuk sangatlah penting untuk menjadi benang merah terhadap perbedaan individual pada anak didik. Pengajar perlu memperhatikan modalitas kecerdasan dengan cara menggunakan berbagai strategi dan pendekatan sehingga anak akan dapat belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Guru harus dapat merancang berbagai aktivitas yang menggabungkan sebanyak mungkin jenis kecerdasan. Dengan memasukkan kecerdasan majemuk ke dalam isi dan rancangan pengajaran, maka guru akan membantu siswa dalam mendapatkan lebih banyak makna dan rangsangan otak dalam proses belajarnya, sekaligus memberinya lebih banyak variasi dan kesenangan serta mengembangkan kecerdasan mereka.






DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia, Bandung:Kaifa, 2009
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Jakarta: Depag RI, 2004
Garner, Howard Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk teori dalam Praktik), Tangerang: Interaksara, 2013
Gunawan, W. Adi, Born to Be a Genius, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003
Olivia, Femi. Career Skills for Kids (Kembangkan Kecerdasan Anak dengan Taktik Biosmart), Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009
Salim, Peter. Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Modern English Press, 2000
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007
Satiadarma, P. Monty & Fidelis E. Waruwu, Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003
Sujana, Christine. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Jakarta: PT. Indeks
Sujiono, Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta: PT. Indeks, 2010
Syurfiah, Ariani. Multiple Intelligences for Islamic Teaching (Panduan Melejitkan Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam), Bandung: Syamil Publsiching,2007



[1] Peter Salim, Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, 2000), hal. 757.
[2] Ibid., hal. 164.
[3] Ibid., hal. 545.
[4] Ibid.,
[5] Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), hal. 6
[6] Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), hal. 57)
[7] Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal.107.
[8] Femi Olivia, Career Skills for Kids (Kembangkan Kecerdasan Anak dengan Taktik Biosmart), (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), hal. 39.
[9] Christine Sujana, S.Pd., Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Jakarta: PT. Indeks, hal. 43.
[10] Femi Olivia, Career Skills for...., hal. 74.
[11] Femi Olivia, Career...., hal. 82.
[12] Howard Garner, Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk teori dalam Praktik), Tangerang: Interaksara, 2013), hal. 45.
[13] Christine Sudjane, Cara Mengembangkan....,hal. 233.
[14] Femi Olivia, Career......., hal. 111-112.
[15] Adi W. Gunawan, Born...., hal. 116
[16] Femi Olivia, Career..., hal. 121.
[17] Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Jakarta:Depag RI, 2004),Hlm.2-3
[18] Departemen Agama RI, Pedoman ......, (Jakarta:Depag RI, 2004),Hlm.54
[19] Ariani Syurfiah, Multiple Intelligences for Islamic Teaching (Panduan Melejitkan Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam), (Bandun: Syamil Publsiching,2007),Hlm.IX-XII
[20] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Hlm.242
[21] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung:Kaifa, 2009), hlm.119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar